Agustus 04, 2010

Cara Compile & Run Java secara Manual (edisi malu2in)

Ini bener2 cerita malu2in. Udah berapa taon berhubungan intim sama Java, ternyata aku nggak tau hal paling mendasar, yaitu ngompile file Java secara manual hihihi :P Habiiiissss... dari awal pake aku udah ngoding pake Netbeans, yg kalo ngompile tinggal F9.

Nah, ceritanya nih .. mulai taon ini Alpro akan pake Java. Tapi, menurut titah dan perintah sang bos, nggak boleh pake netbeans dulu. Biar mahasiswa biasa ketak-ketik sintak yg baik dan benar dulu, gitu alasannya. Ya wis lah.. lagian yg ngajar praktikum kan rekanku, bukan aku hihihihi. Ehh.. ndilalah, ternyata rekanku itu ya Netbeans mania.. alias ga pernah ngompile n run Java pake console. Terus dia nanya ke aku... terus aku ya bingung :P

Aku inget perintah compile itu javac, kalo run itu java. Terus aku coba2 di laptopku.. kok gagal. Bilangnya perintah itu ga dikenal. Lha.. kan tambah panik toh!! Like always, aku langsung nanya mbah Google (ooh.. apa jadinya hidup ini tanpa dia :P) dan dikasih beberapa saran. Ternyata yg bikin nggak bisa itu gara2 aku belum set PATH-nya sistem laptopku ke folder bin-nya Java. Aku baru inget.. kayaknya aku dulu jg pernah begini kok, tapi sekarang lupa lagi caranya. Makanya, daripada ntar2 lupa lagi, mending kali ini aku tulis (meski malu2in).



Setting User Variable
Setelah selesai instal jdk... weiitss, ya iyalah mesti nginstal jdk dulu. Kalo belom instal, nih, cari installernya di sini
Anyway.. setelah instal, path-nya system mesti diset biar ngenali platform java-nya. Caranya:
1. Masuk ke propertinya system. Caranya ? ada beberapa jalan:
  • kalo di desktopmu ada icon "My Computer" klik kanan aja, terus pilih properties
  • ato ke explorer dan klik kanan node "My Computer", terus pilih properties

Ntar bakal keluar window macem gini


2. Klik aja tab "advanced" dan klik tombol "Environment Variable"


3. Nah di atas ada list User Variables. Kadang ada yg sudah ada variable namanya PATH. Biasanya yg sudah ada ini kalo komputernya pernah dipake/diinstal bahasa pemrograman lain. Punya sengaja aku hapus dulu nih. Kalo sudah ada variable PATH, klik aja edit.
4. Tulis variable name-nya PATH. Lalu untuk variable value ketikkan path/ letak bin dari jdk. Biasanya sih, by default ada di C://Program Files/Java/jdk??/bin. Tanda tanya itu artinya tergantung versi dari jdk yg diinstal.


Kalo nggak hafal, coba ke explorer dan cari folder bin-nya jdk itu. terus copas ke field-nya
variable value.


5. Klik OK, OK, dan OK hehehe. Selesai deh setting user variable :D

Compile & Run di Console
Console dikenal juga MSDos. Untuk Compile dan run program java di console caranya gampang banget. Tinggal buka MsDos dengan cara ketik cmd di window-run.


Setelah itu, set directory-nya ke directory tempat file Java kita simpen. Untuk ngarahinnya bisa pake perintah:
  • cd nama folder-> untuk ke folder childnya
  • cd.. -> untuk back ke folder parentnya
Perintah compile-nya adalah javac dilanjutin dengan nama file+extensi (java). Contoh, jika aku punya file Test.java, maka sintaknya jadi:
javac Test.java
Kalo tidak ada error, maka proses compile ini akan menghasilkan file dengan ekstensi .class dengan nama yg sama (Test.class).

Nah, program sudah bisa di-run dengan menuliskan perintah java dilanjutin nama file tanpa ekstensi. Contoh: java Test
Dan... fiolaaaa... programmu jalan, deh :D

Resep Suskes Technopreneur Silicon Valley

Benernya acara ini udah ama banget... udah 2 bulan lalu! Tapi dasarnya aku lagi males update blog yg ini, ya nggak aku tulis2 juga hehehe. Sekarang jg aku males nulis sih.. so, aku copas aja dari website resmi IT-nya Ciputra.



Akhir Mei 2010 lalu, program studi Information Technology kedatangan seorang tamu dari negeri Paman Sam.

Sarah Lacy adalah seorang jurnalis profesional dari Silicon Valley, Amerika Serikat. Silicon Valley terletak di negara bagian California, Amerika Serikat yang menjadi pusat perusahaan-perusahaan TI. Sarah Lacy adalah editor at large dari blog TechCrunch, sebuah blog yang menjadi rujukan bagi para entrepreneur maupun calon entrepreneur TI, selain itu Sarah juga menulis di Business Week. Pekerjaan ini membuat Sarah berinteraksi dengan banyak entrepreneur di Silicon Valley, mencari tahu dan menganalisa rahasia-rahasia kesuksesan mereka, diantaranya yang sangat terkenal adalah interview dengan Mark Zuckerberg (pendiri Facebook).

Kedatangan Sarah Lacy ke UC, khususnya Information Technology, adalah untuk membagikan rahasia tersebut pada mahasiswa-mahasiswa program studi Teknik Informatika dalam sebuah acara talkshow. Menurut wanita cantik ini, terdapat 6 resep kesuksesan perusahaan-perusahaan Silicon Valley:

  1. Just Start It! Mulailah dengan hal yang kecil, sederhana, yang anda sukai. Tidak perlu banyak rencana, apalagi business plan, lakukan saja. Business Plan baru diperlukan ketika anda ingin melakukan komersialisasi produk.

  2. If people said you’re crazy, then you’re already in the right track. Ketika orang menertawai ide anda, janganlah berkecil hati. Hal itu berarti bahwa ide anda tidak lazim, tidak terpikirkan oleh orang pada umumnya. Dalam arti lain, ide anda sangat inovatif. Jangan lupa bahwa inovasi adalah kunci sukses seorang entrepreneur

  3. Be in Open Constructive System. Ciptakan lingkungan yang positif. Kelilingi diri anda dengan orang-orang yang memberikan dukungan dan semangat. Orang-orang tersebut tidak melulu adalah teman anda, tapi yang terpenting justru adalah competitor anda. Di Silicon Valley kompetitor anda adalah teman anda, teman anda adalah kompetitor anda. Mereka biasa saling berbagi ide, ilmu, dan pengalaman. Hal ini yang justru menjadi nafas perkembangan perusahaan-perusahaan di Silicon Valley. Tidak perlu takut ide anda akan ditiru kompetitor. Idea is just an idea, the execution is what matter.

  4. Don’t wish for Venture Capital in early stages. Umumnya hal pertama yang dikhawatirkan orang yang hendak membuka usaha adalah modal. Mereka berharap ada pemodal besar yang mau mendanai usaha mereka. Perusahaan-perusahaan Silicon Valley malah tak menginginkan itu, paling tidak di awal-awal usaha. Campur tangan para pemodal akan membuat bisnis anda tidak berkembang, karena saham anda akan dibeli lalu anda akan diatur oleh mereka.

  5. Search for Local Value. Indonesia bukan US, jadi yang berhasil di US belum tentu berhasil di Indonesia. Tidak perlu melihat target market yang terlalu besar. Pikirkan tentang kebutuhan diri sendiri, lingkungan/masyarakat sekitar. See the hole, and fill it in.

  6. Constant Hard Work. Di Silicon Valley juga banyak perusahaan yang gagal. Perbedaan antara yang gagal dan yang berhasil adalah kerja keras. Terus menerus. Smart work hanyalah alasan bagi para pemalas.


Selain berbagi 6 resep di atas, Sarah Lacy juga melayani tanya jawab dengan para mahasiswa yang sangat antusias. Beberapa pertanyaan yang cukup menarik terangkum di bawah ini.

Apakah keahlian membuat software berhubungan dengan keberhasilan entrepreneurship?
Kevin Rose yang mendirikan digg.com tidak bisa membuat software namun berhasil menjadi entrepreneur dengan penghasilan jutaan dollar, berbeda dengan Mark Zuckerberg yang mahir membuat software dan mendirikan Facebook saat ini kekayaannya mencapai milyaran dollar. Dengan pola pikir entrepreneurial kita mampu membuat sebuah peluang usaha, dengan keahlian kita mampu menjadikannya sebuah produk yang luar biasa.

Apakah konsep entrepreneurship di Amerika sama dengan di Indonesia?
Sebelum tahun 1995, konsep entrepreneurship di USA sama dengan di banyak Negara berkembang, yaitu membuka pop & mom shop atau bisnis yang sekedar berdagang tanpa ada produk inovatif, namun setelah itu dengan adanya teknologi internet, konsep entrepreneurship berubah menjadi kearah inovasi yang banyak melibatkan kemajuan teknologi informasi.

Apa perbedaan antara Tech Entrepreneur di era lama dan di era Web 2.0?
Tech Entrepreneur lama yang sudah dikenal banyak orang adalah Bill Gates (Microsoft) dan Larry Ellison (Oracle) mereka sangat mahir dalam ilmu computer mereka dan mampu membuat sebuah produk dari scratch. Namun Tech Entrepreneur yang baru biasanya membuat produk diatas penemuan sebelumnya, sehingga kerja mereka jadi jauh lebih cepat dan tidak mengharuskan untuk menguasai kemampuan teknis yang sangat tinggi.

Hal apa yang menarik untuk dipelajari dari Mark Zuckerber (Facebook founder)?
Mark adalah seorang yang pemalu, namun bersama Sarah dia merasa nyaman untuk bercerita dan berbagi ilmu. Dia seorang yang benar-benar tahu apa kekuatan dan kelemahannya, lalu dia membuat dirinya dikelilingi oleh orang yang mahir dibidang yang tidak dikuasainya (kelemahannya).

Apa yang menjadikan Silicon Valley sebuah tempat yang begitu dinamis bagi perusahaan-perusahaan IT?
Kultur kerja di Silicon Valley yang membiasakan orang menerima kegagalan lalu bangkit lagi merupakan kekuatan terbesar. Lalu semangat kerja dimana semua orang (termasuk kompetitor bisnis) dapat berbagi informasi yang positif mampu menciptakan budaya tumbuh bersama. Yang terakhir adalah persistensi (kegigihan) dalam mencapai apa yang mereka inginkan merupakan sesuatu yang membuat mereka bertahan.

Jurnalis yang juga penulis buku “Once You’re Lucky, Twice You’re Good: The rebirth of silicon valley and The rise of web 2.0” ini sangat terkesan dengan konsep pendidikan yang diterapkan di Universitas Ciputra. Sarah dapat merasakan kultur universitas ini sangat konstruktif untuk perkembangan entrepreneurship. “So, you’re in the right place,” katanya kepada para mahasiswa di sesi akhir.

Mei 21, 2010

Jadi Kreatif dan Pinter (powered by Google Translate)

Pasti udah pada pernah pake lah ya yg namanya Google Translate ?? Tools karya Mbah Google ini emang benenr2 bikin hidup jd lebih gampaaaaanng. Sekarang kalo mau travel ke mana pun nggak perlu lagi deh bawa2 kamus, ato yg lagi skripsi dan harus translate paper nggak perlu bayar translator. Mau chattingan sama orang Spanyol, Jerman, China, Jepang ... sok atuh, nggak perlu beli kamu semua bahasa itu.

Kita cukup ngelakuin hal2 berikut:
  1. pergi ke halaman si Google Translate
  2. ketikin kalimat ato upload dokumen yg mau di-translate
  3. pilih bahasa asal dan tujuan
dan ... walllaaaah.. si google langsung kasih translate-annya. As easy as 1,2,3.
Emang sih, nggak perfect, tapi lumayan lah kalo dibandingin software translator sebelumnya.

Nah, gara2 Google translate pula, sekarang mulai bermunculan ahli bahasa - ahli bahasa instan. Orang-orang mendadak jadi pinter bahasa. Salah satunya, tentu aja, aku hihihi...
Baru aja hari ini, aku pasang status pake bahasa Spanyol... somboooooonng!! Padahal aslinya itu hasil translate-annya mbah Google. Terus kapan hari juga tuh, ada temen nulis status di FB pake bahasa Jerman. Karena penasaran, aku copy+paste aja ke google translate. habis itu dengan sok keminter-nya aku komen di bawah statusnya itu pake bahasa Jerman hihihi

Si Google translate juga sangat berguna buat novelis2 yg pengen go international. Tulis aja novel dalam bahasa kita sendiri, terus di-translate deh. Paling2 tinggal memperbaiki dikit2 lah. Terus siap deh di-publish secara international hehe. Hmm.. bisa juga jadi bisnis... buka jasa translate buat temen2 yg gaptek alias yg pada belom tau kalo sudah ada tuh yg namanya Google Translate hehehe...

Hmmmm... Enaknya dipake buat ngapain lagi yaaa??? Bantuin mikir donk ... :D


Note: Beberapa online translator lainnya:
- babelfish Yahoo! (bisa web translator)
- freetranslator.com
- babel Altavista

image source : http://www.cartoonstock.com

April 27, 2010

Kunjungan Mendadak Akang Akreditasi

Tepat seminggu lalu, jurusankukedatangan "tamu agung", yaitu asesor dari BAN-PT. Buat apa lagi kalo nggak buat visitasi akreditasi.

Kunjugan 2 orang asesor itu jujur bikin kita kalang kabut. Gimana nggak, kita baru dikasih taunya kira 2 minggu sebelumnya. Wiiih.. semua langsung panic.com. Buka apa2, karena tadinya kita dibilangi kira2 bulan Juni pada divisitasi.

Untunglah jurusanku punya kepala yg hokeh punya.. (hihihih... moga2 pak bos baca ini yach :P ). Dia langsung bagi tugas.. sret..sret..sreet... semua kena 1 standar, kecuali aku, 2. Lhooo???? iya, aku jg bengong.. tp gpp lah. Toh dua2nya aku yg nggacor, jadi at leaast aku udah tau aku nggacor apa aja hehehe.

2 minggu itu, stress mode ON pokoke. Maklumlah, baru pertama kali ini Akang Akreditasi jengukin kita2. Semua dokumen disiapin, yg tidak rapi, dirapiin, yg belom siap disiapin, yg tidak ada diadain... hihihihi, nggak kok... nggak salah maksudnya hehehhe

kita dapet 2 asesor yg IT banget. Dua2nya adalah kajur, jurusan teknik informatika S2 dan ilmu komputer dari PTN Jawa Barat. Ada enaknya, ada nggak enaknya sih. Enaknya, mereka efisien banget. jadwal yg harusnya 3 hari, dimampatin jadi 1hari. Terus juga mereka nggak cerewet tentang dokumen2 softcopy. Minta bukti fisik pun nggak yg ribet2 banget. Nggak enaknya, yaaa ... karena mereka IT banget. To the point, based on data, gitu2 deh. Terus mereka jadinya udah ngerti banget seluk-beluknya jurusan IT. Nggak bisa berkutik deh. Kalo pun niat mau bohong, nggak bakalan bisa juga.


Setelah itu ........ LEGAAAAAAAAA!!!! Muka yg selama 2 minggu ketekuk 13 langsung sumringah. Meski nggak tahu hasilnya apa, tapi at least... udah nggak ada tanggungan. Terima kasih bagnet sama temen2 di center, terutama buat departmen2 yg tanpa banyak tanya, nggak pake ngomel siap sedia ngebantuin cari data dan dokumen, ato yg siap sedia jadi rorojonggrang. Two thumbs up!! :D

Kita banyak banget dapet pelajaran dari kunjungan singkat Akang Akreditasi ini. Beberapa hal yg tadinya kita pikir sudah benar, ternyata perlu dipertimbangkan dan diperbaiki. Dokumen2 yg tadinya masih slebor, mesti mulai ditata. Semoga aja setelah akreditasi ini IT-UC jadi lebih baik. Biar 5 taun lagi, pas diakreditasi lagi, penerus2mu *sambil nepuk bahu sendiri* bisa lebih baik lagi :D

Good Bye, Akang Akreditasi... Hope Not to See You Soon!!

picture source: http://preferredsalesconcepts.com

Januari 27, 2010

Jadulism di Pusat Metropolis

Beberapa minggu lalu aku perlu njilidin buku pake kawat spiral. So, setelah kerja aku mampir ke Xerox Super Besar yg ada di Basuki Rachmat. Baru kali ini aku ke sana. Pas masuk, aku sempat sedikit kaget. Gimana nggak. Tempat fotokopi ini tuh letaknya di pusat, sepusat-pusatnya kota Surabaya. Dikelilingi dengan gedung2 perkantoran yg modern dan meng"grawuk" langit.

Aku pikir, at least, dia bakal se-modern foto kopi superbesar yg ada di deket rumah, yg namanya pake namaku :P Ternyata, tempat fotokopian itu ga semodern yg aku bayangkan. Aura jadulisme itu sudah kerasa begitu aku menjejakkan kaki di keset WELCOME-nya. Ada hawa2 oldies yg kalo terpaksa aku deskripsikan mungkin antara bau debu dan kertas kuning yg dibalut rasa adem (nggak tau lagi kalo ademnya gara2 pas itu ujan hehehe). Satu hal yg bikin kejadulan itu terasa kental adalah karena di depan display kaca, berdiri sebuah rak tiang besi yg penuh dengan .. RUGOS (letraset).

Mungkin adek2 yg lahir di atas tahun 90 nggak bakalan kenal yg namanya rugos. Rugos itu beken banget pas era 80-an. Itu stationary yg dipake untuk membuat tulisan hias. Jaman dulu kan kalo mau ngetik masih pake mesin tik tuh, jadi hurufnya ya standar gitu2 aja. Nah kalo kita mau bikin tulisan yg hurufnya lebih gedhe dari ukuran tulisan mesin tik, ato yg stylenya beda, kita mesti pake rugos.

Cara pakenya mirip kayak kalo mau tempelin stiker. Jadi, lembaran rugos itu dibuka trus ditaruh di atas permukaan yg mau kita tulisi. Setelah itu huruf yg mau ditempelin digosok2 pake pensil atau benda yg ujugnya runcing tapi nggak tajam. Nggosoknya harus rata dan menyeluruh. Kalo nggak, bakal ada bagian yg luput dan putus. Semakin kecil ukuran tulisan, semakin rumit pake rugos. Apalagi kao tulisannya yg tipis2 macam
Freehand gitu.. wiih, tantangan tersendiri!! :D

BTW, rugos ini asli made in Indo lho. Kalo yg import namanya letraset, tapi muahaaal. Jadi orang2 bikin sendiri. Macemnya rugos ada ribuan kali ya.. aku dulu suka banget koleksi rugos. Kalo liat rugos di toko buku gitu mataku bisa berbinar-binar. Berharap punya banyak uang biar bisa beli semua rugos2 itu. Nggak cuma tulisan yg dibuat rugos, ada juga gambar2 bunga, ato mobil, ato sepeda, macem2 deh.

Sejak OS Windows berjaya, maka semua aplikasi komputer lebih visual. Semua jadi berlomba-lomba untuk mengkomputerisasi segala hal. Si Rugos semakin lama semakin ditinggalin. Ya iyalah, sekarang udah ada ratusan tipe font, tinggal instal dan pake. Besar kecilnya juga tinggal dipilih di combo box. Pengen tulisan model apaaaa aja, pasti ada. kalo pun nggak ada, bisa buat. Tidak perlu lagi tangan keringatan, mata nyaris bitor, ato frustasi akibat menggosok2 huruf rugos hanya untuk mendapatkan font yg kita inginkan. Bener2 ya, teknologi itu memberi kemudahan banget :)

Selain rugos itu, ada beberapa hal yg aku temui selama aku nungguin jilidan (nyaris 45 menit). Seperti 6 mesin foto kopi yg meski warnanya sudah mulai menguning tapi keliatan jelas kalo dirawat baik. Kalo di tempat FC yg deket rumah, kayaknya mesin2 itu udah dilungsur, digantikan oleh mesin2 digital printing. Well, benernya di sana juga terselip satu mesin digintal printing yg sepertinya baru aja dateng, karena pemiliknya pas itu lagi sibuk utik2 sambil baca manual guidenya.

Pelayanannya, hmm... memang lebih lambat. Mungkin karena semua masih serba old-way ya. aku cuma nebak2 sih, soalnya ngerjainnya di belakang sih. Biar lambat, tapi pelayanan mereka jauh lebih ramah daripada tempat FC langgananku. Pelayan2nya nggak berseragam seperti tempat FC-ku (aku bilang gini aja ya, biar lebih pendek), lebih tua2 juga. Cara mereka ngelayani.. khas toko2 lama, friendly. Ngajak ngobrol, murah senyum yang (terlihat) tulus. Bahkan mereka mengenal beberapa nama pelanggan yg sepertinya sering ke sana. Tau butuhnya apa. Beda banget sama tempat FC-ku. Setiap kali aku dateng ke sana, namaku selalu dicatet, tapi kayaknya mereka nggak pernah inget namaku. Jadi bertanya2, benernya nyatet nama itu buat apa ya?

Suasananya tenang, kostumer datang satu-satu. Nggak berebutan ato sampe pake nomor kayak di tempat FCku. Jujur, aku heran juga, kok bisa ya tempat foto kopian jadul ini survive di tengah2 kota metropolis? Kok nggak gulung tikar gitu? Ato itu karena aku datang pas sore2, kantor2 pada tutup. Mungkin kalo sian rame banget kali ya... Trus juga, kok pemiliknya nggak mau upgrade total ya? alat2nya baru semua, serba digital gitu. Setelah aku analisa dari 4 pengunjung yg datang selama aku nunggu (yg semuanya dikenal namanya) ternyata kebutuhan mereka ya nggak aneh2. Foto copy, cetak blue print, beli map, sama foto copy KTP. Bahkan ada yg akhirnya beli rugos (aku lupa yg mana). Jadi mungkin kejadulan toko itu masih fit and proper sama kebutuhan usaha2 di sekitarnya itu.

Setelah selesai, aku balik lewat jalan Pregolan Bunder. Di sana aku nyalip orang jualan roti Tjwan Bo keliling pake sepeda. Bo.. di daerah rumahku udah nggak tuh Tjwan Bo keliling! Ternyata pusat kota Surabaya yg metropolis ini masih kental akan kejadulan ya :D

image source : http://kedailapanpuluhan.blogspot.com/2009/08/rugos-letraset.html