Agustus 04, 2010

Resep Suskes Technopreneur Silicon Valley

Benernya acara ini udah ama banget... udah 2 bulan lalu! Tapi dasarnya aku lagi males update blog yg ini, ya nggak aku tulis2 juga hehehe. Sekarang jg aku males nulis sih.. so, aku copas aja dari website resmi IT-nya Ciputra.



Akhir Mei 2010 lalu, program studi Information Technology kedatangan seorang tamu dari negeri Paman Sam.

Sarah Lacy adalah seorang jurnalis profesional dari Silicon Valley, Amerika Serikat. Silicon Valley terletak di negara bagian California, Amerika Serikat yang menjadi pusat perusahaan-perusahaan TI. Sarah Lacy adalah editor at large dari blog TechCrunch, sebuah blog yang menjadi rujukan bagi para entrepreneur maupun calon entrepreneur TI, selain itu Sarah juga menulis di Business Week. Pekerjaan ini membuat Sarah berinteraksi dengan banyak entrepreneur di Silicon Valley, mencari tahu dan menganalisa rahasia-rahasia kesuksesan mereka, diantaranya yang sangat terkenal adalah interview dengan Mark Zuckerberg (pendiri Facebook).

Kedatangan Sarah Lacy ke UC, khususnya Information Technology, adalah untuk membagikan rahasia tersebut pada mahasiswa-mahasiswa program studi Teknik Informatika dalam sebuah acara talkshow. Menurut wanita cantik ini, terdapat 6 resep kesuksesan perusahaan-perusahaan Silicon Valley:

  1. Just Start It! Mulailah dengan hal yang kecil, sederhana, yang anda sukai. Tidak perlu banyak rencana, apalagi business plan, lakukan saja. Business Plan baru diperlukan ketika anda ingin melakukan komersialisasi produk.

  2. If people said you’re crazy, then you’re already in the right track. Ketika orang menertawai ide anda, janganlah berkecil hati. Hal itu berarti bahwa ide anda tidak lazim, tidak terpikirkan oleh orang pada umumnya. Dalam arti lain, ide anda sangat inovatif. Jangan lupa bahwa inovasi adalah kunci sukses seorang entrepreneur

  3. Be in Open Constructive System. Ciptakan lingkungan yang positif. Kelilingi diri anda dengan orang-orang yang memberikan dukungan dan semangat. Orang-orang tersebut tidak melulu adalah teman anda, tapi yang terpenting justru adalah competitor anda. Di Silicon Valley kompetitor anda adalah teman anda, teman anda adalah kompetitor anda. Mereka biasa saling berbagi ide, ilmu, dan pengalaman. Hal ini yang justru menjadi nafas perkembangan perusahaan-perusahaan di Silicon Valley. Tidak perlu takut ide anda akan ditiru kompetitor. Idea is just an idea, the execution is what matter.

  4. Don’t wish for Venture Capital in early stages. Umumnya hal pertama yang dikhawatirkan orang yang hendak membuka usaha adalah modal. Mereka berharap ada pemodal besar yang mau mendanai usaha mereka. Perusahaan-perusahaan Silicon Valley malah tak menginginkan itu, paling tidak di awal-awal usaha. Campur tangan para pemodal akan membuat bisnis anda tidak berkembang, karena saham anda akan dibeli lalu anda akan diatur oleh mereka.

  5. Search for Local Value. Indonesia bukan US, jadi yang berhasil di US belum tentu berhasil di Indonesia. Tidak perlu melihat target market yang terlalu besar. Pikirkan tentang kebutuhan diri sendiri, lingkungan/masyarakat sekitar. See the hole, and fill it in.

  6. Constant Hard Work. Di Silicon Valley juga banyak perusahaan yang gagal. Perbedaan antara yang gagal dan yang berhasil adalah kerja keras. Terus menerus. Smart work hanyalah alasan bagi para pemalas.


Selain berbagi 6 resep di atas, Sarah Lacy juga melayani tanya jawab dengan para mahasiswa yang sangat antusias. Beberapa pertanyaan yang cukup menarik terangkum di bawah ini.

Apakah keahlian membuat software berhubungan dengan keberhasilan entrepreneurship?
Kevin Rose yang mendirikan digg.com tidak bisa membuat software namun berhasil menjadi entrepreneur dengan penghasilan jutaan dollar, berbeda dengan Mark Zuckerberg yang mahir membuat software dan mendirikan Facebook saat ini kekayaannya mencapai milyaran dollar. Dengan pola pikir entrepreneurial kita mampu membuat sebuah peluang usaha, dengan keahlian kita mampu menjadikannya sebuah produk yang luar biasa.

Apakah konsep entrepreneurship di Amerika sama dengan di Indonesia?
Sebelum tahun 1995, konsep entrepreneurship di USA sama dengan di banyak Negara berkembang, yaitu membuka pop & mom shop atau bisnis yang sekedar berdagang tanpa ada produk inovatif, namun setelah itu dengan adanya teknologi internet, konsep entrepreneurship berubah menjadi kearah inovasi yang banyak melibatkan kemajuan teknologi informasi.

Apa perbedaan antara Tech Entrepreneur di era lama dan di era Web 2.0?
Tech Entrepreneur lama yang sudah dikenal banyak orang adalah Bill Gates (Microsoft) dan Larry Ellison (Oracle) mereka sangat mahir dalam ilmu computer mereka dan mampu membuat sebuah produk dari scratch. Namun Tech Entrepreneur yang baru biasanya membuat produk diatas penemuan sebelumnya, sehingga kerja mereka jadi jauh lebih cepat dan tidak mengharuskan untuk menguasai kemampuan teknis yang sangat tinggi.

Hal apa yang menarik untuk dipelajari dari Mark Zuckerber (Facebook founder)?
Mark adalah seorang yang pemalu, namun bersama Sarah dia merasa nyaman untuk bercerita dan berbagi ilmu. Dia seorang yang benar-benar tahu apa kekuatan dan kelemahannya, lalu dia membuat dirinya dikelilingi oleh orang yang mahir dibidang yang tidak dikuasainya (kelemahannya).

Apa yang menjadikan Silicon Valley sebuah tempat yang begitu dinamis bagi perusahaan-perusahaan IT?
Kultur kerja di Silicon Valley yang membiasakan orang menerima kegagalan lalu bangkit lagi merupakan kekuatan terbesar. Lalu semangat kerja dimana semua orang (termasuk kompetitor bisnis) dapat berbagi informasi yang positif mampu menciptakan budaya tumbuh bersama. Yang terakhir adalah persistensi (kegigihan) dalam mencapai apa yang mereka inginkan merupakan sesuatu yang membuat mereka bertahan.

Jurnalis yang juga penulis buku “Once You’re Lucky, Twice You’re Good: The rebirth of silicon valley and The rise of web 2.0” ini sangat terkesan dengan konsep pendidikan yang diterapkan di Universitas Ciputra. Sarah dapat merasakan kultur universitas ini sangat konstruktif untuk perkembangan entrepreneurship. “So, you’re in the right place,” katanya kepada para mahasiswa di sesi akhir.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar